Ketika bertemu pertama kali dengan Ir Imam Taufiq , kesan yang tertangkap adalah beliau orangnya tenang, pendiam dan tidak banyak bicara. Beliau ini adalah tokoh pertama kali yang membawa Partai Keadilan Keadilan Sejahtera di Gunungkidul. Berikut ini sejarah singkat yang kami bukukan di web pksgunungkidul.org.
Di dusun Kalijeruk, desa Mendala, kecamatan Sirampog, kabupaten Brebes, desa yang indah di lereng Gunung Slamet yang berhawa dingin dengan mata pencaharian penduduknya rata-rata sebagai petani sayuran, tempat air jernih mengalir begitu permai,dengan masyarakat yang relijius, di situlah lahir Imam Taufik pada tanggal 21 April 1967 .
Di dusun Kalijeruk, desa Mendala, kecamatan Sirampog, kabupaten Brebes, desa yang indah di lereng Gunung Slamet yang berhawa dingin dengan mata pencaharian penduduknya rata-rata sebagai petani sayuran, tempat air jernih mengalir begitu permai,dengan masyarakat yang relijius, di situlah lahir Imam Taufik pada tanggal 21 April 1967 .
Imam Taufik
merupakan putra pertama dari Bapak Fatkhudin dan Ibu Cholifah. Bapak Fatkhudin
merupakan pedagang yang gigih, membuka
toko kelontong di pasar Mendala . Beliau juga gigih berdakwah membimbing
anak-anak masyarakat setempat untuk sentiasa sholat jamaah di masjid dan membaca Al-Qur’an usai maghrib hingga
isya’. Dengan “kurikulum” tersebut, Imam
Taufik dididik mengenal dan terikat pada
agama sejak kecil.
Imam
Taufik memiliki enam adik perempuan dan dua adik laki-laki.
Sebagai anak pertama, dia dibiasakan untuk membantu orangtua mengasuh
adik-adiknya. Kadangkala sambil bermain dengan sesama teman-teman kecilnya,
Taufik mengasuh beberapa adiknya.
Di
lain waktu , Taufik kecil harus mengantre beli beberapa bungkus bubur untuk sarapan adik-adiknya. Toh hal ini tidak menjadi beban , Taufik tetap menjalani masa kecil yang
wajar seperti umumnya anak lain, bermain-main di kebun sayur, mandi di sungai,
mengaji di surau, dan kesenangan masa kecil
lainnya. Tanpa disadari, aktivitas tiap hari momong adik justru
membangun karakter kepemimpinannya.
Sebagai
ulama yang menginginkan anak-anaknya besar sebagai orang yang maju dan berilmu,
mengingat saat itu desa Mendala belum memiliki sarana pendidikan yang baik,
Bapak Fatkhudin menitipkan Taufik
,selepas dari SD dan SMP Muhammadiyah desa Mendala, kepada pamannya yang tinggal di Yogyakarta untuk disekolahkan di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Taufik tinggal bersama pamannya di Ledok Jogoyudan, kampung di bantaran Kali Code. Di sini iklim beragama tetap
terjaga karena mereka tinggal di dekat
masjid. Bahkan Taufik sebagai remaja
aktif menjadi pengurus remaja masjid di kampung tersebut. Siapa
sangka, kawasan di bantaran Code
terdapat banyak anak muda yang kreatif dan relijius, sehingga Bapak Fatkhudin
dan Ibu Khalifah merasa aman menitipkan putra pertamanya di lingkungan tersebut.
Lulus dari SMA
MUHI, Taufik melanjutkan kuliah ke Universitas Gadjah Mada pada Fakultas
Peternakan pada tahun 1986. Seolah tak mau lepas dari aktivitas masjid dan
keagamaan, Taufik di sela-sela waktu
kuliah mengisi waktu dengan menjadi aktivis dakwah kampus. Unit Kerohanian
Islam Gadjah Mada yang bernama Jamaah
Shalahuddin menjadi wadah untuk melatih
jiwa kepemimpinan serta menjadi lingkungan yang baik selama masa kuliah bagi dirinya.
Seabreg kegiatan
Shalahuddin mewarnai hari-hari Taufik,bahkan
kadang terasa lebih mengasyikkan daripada
kegiatan kuliah sebagai tugas pokoknya. Akan tetapi, perasaan tanggungjawab sebagai anak pertama dengan
delapan adik, membuat Taufik rela bekerja keras agar tidak terlambat meraih
gelar sarjana. Tak hanya ingin lulus tepat waktu, dia juga ingin segera
mandiri. Itu sebabnya Taufik masih menyempatkan diri berbisnis sambil kuliah. Alhamdulillah,
tahun 1992 bulan Agustus Taufik berhasil meraih gelar Insinyur (
Peternakan) dari kampus tercinta.
Di
tahun itu pula Taufik menikah dengan
dra. Rahayu Aningtyas Ira Harmini, putri dari Gunungkidul, alumni UGM Fakultas
Sastra. Bersama istri, Taufik membina keluarga dengan penuh perjuangan. Tekad
untuk membangun keluarga muda yang mandiri
dan islami diwujudkan dengan saling bekerjasama mencari nafkah, mendidik anak dan menjalankan
aktivitas dakwah dan sosial. Seiring perjalanan waktu, Allah mengaruniai lima orang anak kepada pasangan ini. Tentu
menjadi tanggungjawab besar bagi mereka berdua untuk mendidik lima buah hati.
Kebiasaan
sejak kecil hidup dalam dunia dakwah, menjadikan Taufik sentiasa
terpanggil menjadi pembibing masyarakat
melalui aktivitas dakwah dan pengajian. Pun demikian dengan istrinya. Aktivitas
dakwah berjalan beriringan dengan aktivitas rumahtangga. Dakwah di pedesaan dan
pelosok Gunungkidul menjadi amanah
yang selalu ditunaikan dengan hati
senang.
Bahkan saat dipercaya menjadi anggota dewan dari Partai Keadilan Sejahtera,
aktivitas dakwah tetap berjalan. Bagi Taufik posisi sebagai anggota dewan
adalah amanah yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan semua
rakyat, sedangkan dakwah adalah wujud tanggungjawab sebagai muslim untuk
menjaga agamanya. Semua mesti ditunaikan dengan baik dan seimbang. Bukan
hal mudah memang, karena itu Taufik menjaga kualitas ibadahnya agar
mendapat kekuatan dan bimbingan dari Allah SWT.
Ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dijalankan Taufik bersama anggota dewan lainnya untuk menjadikan Gunungkidul sebagai kabupaten yang lebih maju, sejahtera, relijius dan bermartabat. Pengembangan sektor pariwisata yang berwawasan pelestarian alam dan penjagaan moralitas, perbaikan infrastruktur, peningkatan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan,pemanfaatan air bawah tanah untuk kesejahteraan rakyat, memajukan pendidikan dan penciptaan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang generasi penerus , serta masih sangat banyak hal yang menjadi amanah berat bagi anggota dewan.
Sungguh , tiap upaya kebaikan mendapatkan nilai dari Allah SWT, demikian pula tiap pelalaian amanah menjadi catatan buruk di mata publik dan mungkin dalam catatan malaikat. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas kehendak Allah. Doa dan upaya akan terus dilakukan oleh Imam Taufik dengan dukungan istri, lima anak, keluarga, dan seluruh keluarga besar PKS serta masyarakat Gunungkidul.
Sampai saat ini Ir Imam Taufiq masih menjadi anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul periode 2009 - 2014 dari DAPIL I yang meliputi wilayah Wonosari , Playen dan Semanu. Untuk di DPRD Gunungkidul menjadi Ketua Fraksi PKS Gunungkidul dan Ketua Badan Legislasi Daerah (BALEGDA) DPRD Kabupaten Gunungkidul.