Oleh : Rahayu Aningtyas Ira Harmini
(Ketua Bidang Pemberdayaan Umat DPD PKS Gunungkidul)
Kata ‘muda’
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka memiliki banyak
makna di antaranya : belum sampai setengah umur, belum cukup umur, belum sampai
masak, belum lama ada, belum waktunya dipetik, penanda kedudukan ke sekian
(mis: istri muda ). Sepertinya tidak ada
yang istimewa dari makna kata ‘muda’. Akan tetapi, jika melihat maraknya iklan
produk kosmetik antipenuaan alias antiaging
, kita dikondisikan untuk tertarik dengan kata ‘muda’. Muda kemudian
dideskripsikan sebagai wajah yang cerah, molek, bentuk badan yang ideal, dan
tampilan yang penuh semangat serta percaya diri. Dari pencitraan inilah, maka
kata’muda’ menjadi terasa istimewa, sehingga muncul berbagai resep agar awet
muda.
Apakah salah jika ibu-ibu atau
bapak-bapak yang sudah berusia 35 tahun ke atas ingin terlihat seperti remaja
yang kinyis-kinyis tanpa ada sedikit
pun kerutan di wajah ? Apakah salah jika klinik skincare konsumen terbanyaknya
justru mereka yang berusia sudah cukup matang? Tidak ada yang melarang untuk
menginginkan hal tersebut. Siapa pun berhak melalukan hal-hal yang membuat
dirinya nyaman sepanjang tidak merugikan orang lain dan tidak bermasalah dengan
hukum syariat. Namun demikian, bagaimana jika kita mencoba membuat definisi
baru tentang awet muda ? Saya akan
menawarkan deskripsi awet muda sebagai berikut :
Muka yang cerah dengan ekspresi senyum, sabar, dan ramah
Dengan mimiliki ekspresi tersebut, yakinlah kita akan tetap terlihat goodlooking ,nyaman dilihat. Tiap orang
pasti punya masalah, tapi alangkah baiknya jika masalah itu jangan ditunjukkan
pada semua orang melalui ekspresi wajah yang muram, sedih, melankolis, lusuh,
dan kuyu. Sebaliknya jika kita memiliki kelebihan dan kenikmatan dari Allah,
maka kita tetap bisa mengekspresikan hal tersebut dengan penuh kesantunan dan
rendah hati, tanpa ada unsur kesombongan dan merendahkan orang lain. Tentu saja
keinginan memiliki ekspresi yang nyaman dilihat itu bukan dalam rangka
kemaksiatan, tetapi dalam rangka menciptakan suasana yang damai agar orang lain
bersedia mendengarkan kata-kata kita tanpa terusik perasaan negatif.
Badan yang sehat dan gerak tubuh yang gesit
Kurang bermanfaat jika kita hanya fokus pada kemolekan wajah tapi lupa
untuk menjaga kesehatan badan. Setiap aktivis dakwah adalah asset umat yang
kondisi sehatnya akan mendatangkan banyak manfaat bagi orang lain. Jadi ,
menjaga kesehatan badan itu sangat penting untuk kita lakukan. Mungkin di
antara kita ada yang sudah memiliki riwayat penyakit tertentu, seperti asma,
alergi , diabetes, ginjal dll, bagi yang sudah memiliki riwayat penyakit
tersebut tentu harus lebih memahami diri sendiri cara meminimalkan gangguan
penyakit. Pada umumnya cara menjaga agar badan sehat adalah melalui olah raga
yang teratur , makanan dan minuman yang sehat, istirahat yang cukup.
Membiasakan diri bergerak dengan gesit, berjalan cepat akan menjauhkan kita
dari sikap bermalas-malasan, membakar kalori tubuh, dan yang lebih bagus
pekerjaan akan cepat terselesaikan .
Pikiran yang cerdas dan wawasan yang luas
Salah satu tanda kemudaan kita adalah jika otak masih bisa berfungsi
maksimal. Aktivitas dakwah sungguh-sungguh bermanfaat dalam mengkondisikan otak
kita berfungsi maksimal. Bagaimana tidak ? Seorang aktivis dakwah dituntut
untuk banyak belajar serta memperluas wawasan tentang al-Quran dan hadits,
shirah nabawiyah, info kekinian, membuat banyak perencanaan, mengatur jadual
dll. Setiap hari otak kita berada dalam kondisi diasah dan diaktifkan. Tidak
heran jika para aktivis dakwah semakin bertambah usia, pikirannya justru
semakin cerdas dan berwawasan luas, insya Allah tidak mengalami kepikunan
secara dini.
Mampu menciptakan suasana romantis dan harmonis di keluarga
Kesibukan dakwah dan profesi jangan sampai membuat rumahtangga kita
terasa garing, kering, apalagi boringalias
membosankan. Di sela-sela banyaknya aktivitas, sebenarnya jika kita cermati ,
masih ada ruang dan waktu bagi kita untuk membangun suasana romantis dan
harmonis pada keluarga. Pada dini hari, suami membangun kedekatan dengan istri
melalui sholat qiyamul lail secara berjamaah, di waktu adzan subuh anak-anak
dibangunkan dan diajak sholat berjamaah ke masjid bersama ayahnya atau di rumah
bersama ibu. Aktivitas membangunkan anak sebaiknya tidak dengan cara memarahi,
cukup dengan memanggil namanya sambil mengusap badannya. Setelah subuh, ayah
ibu bisa mengajak anak tilawah, belajar, sarapan. Moment sarapan menjadi waktu
yang tak kalah indah bagi Anda .Ibu menyiapkan minuman hangat dan makanan
bergizi untuk kelurga, ayahpun memberi perhatian pada anak dengan cara menyapa
dan mengobrol sambil sarapan. Bukankah hal ini sangat mudah untuk dikerjakan,
tapi bagus untuk membangun keharmonisan dalam keluarga kita ? Tapi percayalah,
Anda tidak akan bisa melakukan hal tersebut jika Anda sekeluarga terbiasa
terlambat atau kesiangan dalam mengerjakan sholat subuh.
Sekali waktu sertailah istri/ suami yang sedang menunaikan dakwah. Apabila
dakwah ke pedesaan yang medannya sulit, anggaplah Anda berdua sedang offroad
dan nikmatilah pemandangan indah yang terhampar di depan mata. Bila dakwahnya
di perkotaan, sempatkan mampir untuk berwisata kuliner. Dengan demikian,
niscaya kesibukan kita tidak membuat suami/istri merasa terabaikan , tapi
sebaliknya justru semakin meningkatkan kepercayaan dan kemesraan satu sama
lain.
Tidak lupa dalam setahun, sempatkan
sekali, dua kali atau beberapa kali mengajak anak-anak berwisata alam,
sekali lagi berwisata alam, bukan wisata belanja ke maal. Aktivitas wisata alam
memiliki banyak manfaat untuk kita, terutama untuk anak-anak. ( Baca tips berwisata alam pada tulisan
berikutnya ). Jika anak-anak kita tidak kehilangan figur ayah dan ibu yang
mengasyikkan, mereka akan mengerti bahwa kesibukan orangtuanya bukanlah
perampas kasih sayang. Semoga kelak anak-anak kita akan melanjutkan visi dan
misi orangtuanya.
Nah, demikian usulan saya tentang deskripsi baru dari awet muda. Anda
bisa memberi banyak usulan tambahan. Yang jelas mari kita gunakan sisa usia
kita untuk menambah bekal akhirat, mensyukuri dan menerima kondisi diri dan
keluarga, jauh dari penderitaan akibat sugesti diri yang negatif. Bertambahnya usia kita, sangat
mungkin mengubah fisik kita, tapi semoga justru menambah kemuliaan kita di sisi
Allah SWT dan kemaslahatan bagi orang lain. Amin. Mari kita sambut masa tua
dengan senang hati.